Pelajaran 4

Peluang Imbal Hasil di Layer 2 Bitcoin

Sampai saat ini, Bitcoin belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk menghasilkan imbal hasil on-chain secara minim kepercayaan. Selama ini, strategi untuk mendapatkan imbal hasil di ekosistem Bitcoin bersifat kustodial dengan melibatkan layanan terpusat seperti BlockFi dan Nexo, atau tidak langsung dengan cara membungkus BTC dan menggunakannya di platform berbasis Ethereum. Kedua metode tersebut mengorbankan aspek kustodial atau desentralisasi. Namun, hadirnya solusi Layer-2 yang didukung BitVMX mengubah paradigma ini melalui mekanisme native yang memungkinkan pengguna memperoleh imbal hasil di jaringan Bitcoin tanpa mengandalkan token terbungkus maupun konsensus eksternal. Bagian ini akan membahas ragam peluang mendapatkan imbal hasil di Layer-2 asli Bitcoin, perbandingannya dengan DeFi berbasis Ethereum, serta berbagai risiko yang perlu dipertimbangkan.

Pinjam Meminjam On-Chain dengan Native BTC

Salah satu aspek paling mendasar dalam keuangan terdesentralisasi (DeFi) adalah kemampuan untuk meminjamkan dan meminjam aset secara langsung. Ethereum sudah mewujudkan hal ini sejak dini melalui platform seperti Compound dan Aave, yang memanfaatkan smart contract guna mengumpulkan dana, menyalurkan pinjaman agunan berlebih (overcollateralized), serta mengatur suku bunga secara algoritmik. Namun, sistem seperti ini secara umum belum dapat diakses pengguna Bitcoin, kecuali jika mereka men-tokenisasi BTC miliknya dan menjembatkan aset tersebut ke jaringan Ethereum.

Layer-2 yang dilengkapi BitVMX kini memungkinkan replikasi model pinjam meminjam ini menggunakan native BTC. Dalam pengaturannya, pengguna dapat menyetorkan BTC asli ke sebuah kontrak vault di lapisan dasar. Vault ini dikendalikan oleh sistem penyelesaian sengketa berbasis BitVMX yang menentukan pengelolaan dana di Layer-2. Pinjaman diterbitkan melalui logika off-chain, bunga berjalan mengikuti jadwal yang telah diatur, dan seluruh aktivitas diawasi serta diverifikasi melalui bukti kecurangan (fraud proof).

Karena BTC yang mendasari tetap berada di on-chain dan dapat diprogram, peminjam dan pemberi pinjaman dapat berinteraksi secara langsung tanpa perantara. Suku bunga diatur melalui mekanisme algoritmik atau governance, dan pembayaran kembali ditegakkan via logika smart contract. Pola ini menjaga kendali mandiri atas aset, menghapus kebutuhan mempercayai pihak kustodian, serta memungkinkan pemilik Bitcoin memperoleh imbal hasil nyata atas aset mereka.

Kolam Likuiditas dan Automated Market Maker

Automated market maker (AMM) juga merupakan tulang punggung penting dalam ekosistem DeFi. AMM memungkinkan pengguna memperdagangkan aset dan menyediakan likuiditas tanpa harus bergantung pada bursa terpusat. Di Ethereum, protokol seperti Uniswap dan Curve memimpin pasar dengan memberikan imbal hasil bagi penyedia likuiditas berupa biaya swap dan insentif token governance.

Di Bitcoin Layer-2, BitVMX memungkinkan penerapan AMM serupa dengan logika mesin virtual dan komitmen on-chain. Sebagai contoh, pengguna dapat menyetorkan BTC dan stablecoin seperti USDT ke dalam kolam likuiditas yang dikelola oleh program BitVMX-enabled. Transaksi dilaksanakan secara off-chain, namun saldo dan pembagian biaya diverifikasi melalui komitmen berkala dan jendela penyelesaian sengketa.

Karena setiap transaksi bisa ditantang dan diproses kembali ke mainnet Bitcoin, AMM ini menawarkan tingkat finalitas dan kepercayaan setara dengan platform di atas Ethereum. Selain itu, pengguna tidak perlu wrapping BTC atau menanggung biaya gas Ethereum maupun risiko bridge. Imbal hasil diperoleh dari biaya swap, ditambah insentif seperti staking atau farming, yang langsung didistribusikan di jaringan Layer-2.

Tokenisasi Aset Dunia Nyata dengan Settlement Bitcoin

Tokenisasi aset dunia nyata (real-world assets/RWA) menjadi salah satu sektor yang berkembang pesat dalam kripto. Proses ini menghadirkan aset di luar blockchain—misalnya surat utang negara, obligasi, atau properti—menjadi token yang dapat diperdagangkan, di-stake, atau dijadikan agunan di blockchain. Meski Ethereum telah mempelopori pengembangan RWA, kini Layer-2 Bitcoin mulai menawarkan kemampuan serupa, menggunakan native BTC sebagai agunan dan instrumen settlement.

Proyek seperti Citrea mengintegrasikan penerbit RWA ke platform Layer-2 mereka, memungkinkan pengguna membeli token penghasil yield (misalnya token treasury AS) secara langsung menggunakan BTC. Token ini dapat diterbitkan institusi teregulasi dan direpresentasikan on-chain sebagai sertifikat digital. Seluruh proses, dari pembelian hingga distribusi yield, dikendalikan melalui smart contract berbasis BitVMX serta logika off-chain yang dapat diverifikasi.

Keunggulan utama protokol RWA native Bitcoin ialah kemampuannya memberikan imbal hasil dalam BTC, bukan stablecoin atau fiat. Skema ini sangat menarik bagi pemegang jangka panjang dan treasury institusi yang ingin mempertahankan eksposur Bitcoin sembari mendapatkan yield atas aset yang menganggur. Settlement dilakukan menggunakan bridge native Bitcoin sehingga kepatuhan tetap terjaga dan risiko kustodian ditekan seminimal mungkin.

Imbalan Validator dan Insentif Jaringan

Yield di Bitcoin Layer-2 tidak hanya datang dari aplikasi finansial. Sejumlah jaringan Layer-2, utamanya yang memakai BitVMX untuk mengamankan rollup atau bridge, menawarkan insentif validator dan reward layaknya staking. Dalam sistem ini, validator memantau eksekusi transaksi, terlibat dalam fraud proof, serta menjadi agen penyelesaian sengketa. Imbalannya, mereka memperoleh biaya dari pengguna Layer-2 atau emisi yang menyerupai block reward dari protokol.

Skema insentif ini mirip dengan sistem proof-of-stake Ethereum, meski tak menuntut perubahan konsensus pada Bitcoin. Validator melakukan staking BTC atau token lain sebagai agunan, dan dapat dikenai penalti slashing jika terbukti curang atau gagal merespons sengketa. Seluruh mekanisme enforcement dijalankan lewat skrip kompatibel BitVMX, sehingga tetap mempertahankan model kepercayaan Bitcoin sambil membuka jalan bagi governance terdesentralisasi dan keamanan berbasis insentif.

Imbalan validator berbeda-beda tergantung protokol, biasanya mencakup biaya transaksi, capture MEV, dan subsidi protokol. Insentif ini menciptakan peluang imbal hasil bagi pengguna teknis serta operator node institusi yang mampu melakukan verifikasi dengan andal.

Perbandingan dengan Yield DeFi Ethereum

Walau DeFi native Bitcoin masih tahap awal, peluang yield di Bitcoin Layer-2 kini semakin kompetitif dengan ekosistem Ethereum. Di Ethereum, yield biasanya didenominasikan dalam token ERC-20—rentan terhadap volatilitas pasar, potensi rugi tidak tetap, dan risiko komposabilitas. Layer-2 Bitcoin menargetkan hasil serupa, bahkan lebih baik, dengan BTC asli, sering kali tanpa banyak perantara dan risiko sistemik lebih rendah.

Misalnya, pinjam meminjam berdenominasi BTC menawarkan yield tahunan sekitar 2–6%, sesuai dengan kondisi pasar dan permintaan pinjaman. Kolam likuiditas di DEX Layer-2 potensial menghasilkan yield serupa dari volume transaksi; sementara insentif validator dapat berkisar antara 3–10% sesuai aktivitas protokol. Angka ini masih dinamis, tetapi data awal menunjukkan bahwa DeFi native Bitcoin dapat menawarkan imbal hasil berkelanjutan yang disesuaikan dengan risiko untuk pemegang jangka panjang.

Matriks Risiko dan Pertimbangan

Layaknya semua ekosistem DeFi, strategi yield di Bitcoin native membawa sejumlah risiko. Kerentanan pada smart contract tetap menjadi kekhawatiran utama, terlebih saat pengembang mulai berpindah dari scripting Bitcoin konvensional ke mesin virtual BitVMX. Mengingat penyelesaian sengketa bergantung pada waktu, periode tantangan yang terlalu singkat atau salah kelola dapat dimanfaatkan aktor jahat untuk mengeksploitasi sistem.

Risiko pada bridge juga harus diwaspadai, khususnya jika vault belum diaudit atau penerbitan token diatur oracle eksternal. Walaupun BitVMX mengurangi kebutuhan kustodian, keamanan tetap bergantung pada validator jujur dan infrastruktur yang handal.

Risiko pasar—seperti volatilitas harga, likuiditas rendah, dan keterlambatan keluar—selalu terkait dengan strategi yield. Pengguna wajib mempertimbangkan potensi yield terhadap hilangnya likuiditas instan atau risiko rugi tidak tetap pada kolam AMM.

Terakhir, risiko regulasi kian menonjol. Protokol yang menerbitkan RWA ter-tokenisasi atau menawarkan pinjam-meminjam bisa mendapat pengawasan hukum, khususnya jika beroperasi tanpa lisensi atau kejelasan yurisdiksi. Protokol Layer-2 perlu membangun tata kelola yang mengakomodir KYC, AML, dan auditabilitas sebagaimana diperlukan.

Pernyataan Formal
* Investasi Kripto melibatkan risiko besar. Lanjutkan dengan hati-hati. Kursus ini tidak dimaksudkan sebagai nasihat investasi.
* Kursus ini dibuat oleh penulis yang telah bergabung dengan Gate Learn. Setiap opini yang dibagikan oleh penulis tidak mewakili Gate Learn.